Beranda / Detail Buku

Detail Buku Pilihan Anda

Silahkan cek detail buku yang Anda pilih

Salah Asuhan

Pengarang: Abdoel Moeis
ISBN: 979-407-064-5-000
Tahun Terbit: 2000
Kategori:
Rak: A 001 [000 KARYA UMUM]
Penerbit: Diva Press
Jumlah Buku: 1
Sinopsis: Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis ini menceritakan kisah cinta seorang pemuda pribumi dari Melayu dengan seorang gadis Eropa. Hanafi seorang pemuda pribumi dari solok Melayu. Ibu hanafi sendiri adalah seorang janda, ayahnya sudah meninggal pada saat hanafi masih kecil, sehingga ibunya membesarkan Hanafi seorang diri. Meskipun membesarkan putranya seorang diri, ibunya ingin memandaikan hanafi dan selalu berusaha keras untuk membiayai sekolah hanafi. Pada saat bersekolah di HBS Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga segala tingkah lakunya seperti seorang Eropa. Bahkan setelah lulus dari HBS pun pergaulan dan tingkah lakunya tak lepas dari pergaulan orang-orang Eropa. Ia bekerja di kantor BB sebagai asisten residen di Solok. Meskipun hanafi adalah seorang pemuda asli pribumi. Namun, segala tingkahnya sudah terpengaruhi kebarat-baratan. Saat bersekolah di HBS, Hanafi sangat dekat dengan gadis eropa bernama Corie, kedekatan mereka berdua sudah seperti kakak beradik. Kemana-mana mereka selalu berdua, dalam kesehariannya pun mereka pun sangat dekat. Jalan-jalan berdua, main tenis berdua, dan duduk sambil menikmati teh pun bedua. Karena kedekatan mereka itulah Hanafi mempunyai rasa sayang yang berlebih terhadap corie, perasaan Hanafi tidak sekedar rasa sayang terhadap kakak dan adik, melainkan rasa sayang terhadap seorang kekasih. Namun sikap Corie dalam pertemanan tersebut masih biasa saja. Hingga suatu hari Hanafi memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Corie. Tetapi Corie tidak langsung memberikan jawaban kepada Hanafi, dia hanya berpamitan pulang dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya Corie pergi meninggalkan Solok menuju Betawi, ia meninggalkan sepucuk surat untuk Hanafi yang berisikan penolakan halus mengenai pernyataan perasaan Hanafi kemarin. Karena bagi Corie ia tidak mungkin menikah dengan seorang  pribumi, alasannya karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa itulah yang tidak memungkinkan Corie untuk menerima Hanafi. Lagipula Corie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu. Mengetahui kenyataan tersebut Hanafi merasa terpukul, ia sangat terluka dan rapuh. Dan sejak saat itu Hanafi mulai mengurung diri dikamar dan berubah menjadi orang yang acuh terhadap lingkungan. Bahkan ia juga tidak berminat pada aktifitas manusia, makan dan minum pun tidak. Badannya kurus kering, Hanafi bagaikan seseorang yang sedang terkena penyakit. Dalam masa berkabung itu ibunya selalu menasehati Hanafi agar tidak bersedih lagi. Ibunya ingin Hanafi melupakan Corie dan menikah dengan Rapiah anak dari mamaknya. Dimana mamaknya ini adalah Sultan Batuah yang membiayai selama Hanafi bersekolah. Awalnya Hanafi merasa marah, karena ia hanya cinta terhadap Corie saja, bahkan ia tidak mengenal siapa itu Rapiah. Ibu Hanafi selalu dengan sabar menjelaskan dan menasehati Hanafi, dan menyampaikan bahwa perjodohan itu adalah perjodohan hutang budi karena ibu Hanafi mempunyai hutang terhadap Sultan Batuah. Lagipula Rapiah juga si gadis Minang dengan budi pekerti dan tutur kata yang baik. Setelah mendapat bujukan terus menerus dari ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu walaupun dengan sangat terpaksa, karena ia hanya sayang terhadap corie. Pernikahan yang dilandasi dengan keterpaksaan tanpa adanya rasa cinta itupun tidak terasa tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki Rapiah karena alasan yang sepele, Rapiah pun tidak melawan, dia hanya diam terhadap perlakuan suaminya. Dua tahun usia pernikahan mereka dikarunia seorang putera bernama Syafii. Namun, itu juga tidak menimbulkan rasa cinta di hati Hanafi. Perlakuannya pada Rapiah masih saja kasar. Ia juga masih sering membentak dan memukul Rapiah. Suatu hari Hanafi mendapatkan musibah terkena gigit anjing gila di pergelangannya, dan mengharuskan di uuntuk berobat ke Betawi. Ia sangat senang karena di Betawi kemungkinan ia dapat bertemu dengan Corie. Ia meningalkan anak istri dan ibunya di Solok. Singkatnya sesampainya Hanafi di Betawi ia bertemu dengan gadis Eropa yang tak lain adalah Corie. Dengan amat senang karena bisa bertemu kembali mereka selalu menghabiskan waktu berdua seperti yang mereka lakukan dulu, jalan-jalan dan bersepeda berdua. Satu minggu sudah Hanafi berada di Betawi, dan sejak saat itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang. Karena bisa bertemu dengan Corie kembali, Hanafi berusa keras untuk mendapatkan hati Corie. Bahkan Hanafi bersedia menjadi wargakenegaraan Eropa jikalau memang Corie mau menerimanya. Karena rasa ibanya, akhirnya Corie mau menerima Hanafi walaupun dengan segala resiko yang harus Corie terima. Mereka berdua menikah di rumah teman Belandanya. Sejak pernikahan mereka berdua itupun Corie mulai dijahui oleh teman temannya. Di solok Melayu sana Rapiah dan ibu Hanafi sudah mengetahui bahwa Hanafi telah menikah dengan Corie, tetapi Rapiah dengan setia masih setia menungggu kedatangan Hanafi kembali di Solok.Seiring berjalannya waktu, bukannya ketentraman dan kebahagian yang didapat dalam rumah tangga Hanafi dan Corie, justru kepelikan yang hadir dalam rumah tangga mereka. Sikap Hanafi yang keterlaluan selalu menuduh Corie yang macam-macam. Hingga pada suatu hari Corie sudah tidak mau bersama dengan Hanafi, ia pergi meninggalkannya menuju Semarang. Karena kesombongan dan keangkuhan Hanafi itu ia tidak diterima dalam bangsa Melayu ataupun Eropa. Setelah beberapa hari ditinggalkan Corie, akhirnya Hanafi mengetahui bahwa Corie berada di Semarang. Kemudia Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corie. Namun, sesampainya di Semarang berita buruklah yang diterima oleh Hanafi. Ia menerima kabar bahwa Corie masuk rumah sakit karena sakit keras yaitu Kolera. Hingga akhirnya nyawa Corie tidak bisa diselamatkan lagi. Lalu Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhrinya merenggut nyawanya.
Download e-book di sini
Buku ini tidak mempunyai e-book